Dalam
pembelajaran bahasa, seringkali lebih menekankan pada penggunaan bahasa, tetapi
dalam pelaksanaannya bahasa masih dianggap sebagai satu interaksi penutur dalam
kehidupan sehari-hari. Tidak mementingkan baku atau tidaknya suatu kata/kalimat
yg terucap. Yang penting sopan.
Sopan
yg seperti apa?
Berbahasa
tidaak dg kata2 kasar, tidak dg kata2 yg kotor, berbahasa dengan lembut, dengan
nada yg tidak tinggi, dan sebagainya.
Indonesia
memiliki banyak sekali budaya dan bahasa yang masing-masing berbeda. Makadari
itu, bisa saya katakan, bagi orang yg belajar tentang bahasa, maka unsur budaya
termasuk penting didalamnya. Walau banyak orang yang berfikir, bahasa tidak ada
kaitannya dengan budaya. Padahal, bisa kita lihat. Masing-masing budaya,
memiliki tutur kata bahasa yg masing-masing berbeda.
Seberapa
penting dan seberapa terkaitnya antara bahasa dan budaya?
Bisa
kita ambil contoh, budaya orang-orang Bekasi dan Betawi, yang terbiasa
berbicara bahasa nya yang kurang tepat. Misal:
Baku->
"Anak kecil sekolah naik sepedah"
Budaya
org Bekasi-> "Bocah kola naek peda"
Mungkin
jika didengar orang Sumatra, Medan dan lain-lainnya yg memiliki budaya
berbahasa lainnya akan terdengar tidak jelas. Dan mungkin jg bisa menimbulkan
hal/pemikiran yg negative dg pengucapan bahasa yg cepat dan dangan nada yg
tidak biasa.
Contoh
lainnya, kata butuh dalam masyarakat Indonesia di Pulau Jawa berarti perlu,
tetapi dalam masyarakat Indonesia di Kalimantan berarti kemaluan. Orang
Bengkulu memanggil kakek dan nenek itu dengan sebutan nenek lanang dan nenek
tino, sedangkan dalam bahasa Indonesia nenek itu berarti ibu dari ayah atau ibu
kita. Orang makassar dan Ambon menggunakan kata bunuh (yang tentu sinonimnya
matikan) untuk listrik, lampu televisi dan radio. Seperti dalam kalimat “tolong
bunuh lampunya”, sudah siang. Sementara itu kata bujur yang berarti pantat bagi
orang Sunda, ternyata berarti “terima kasih” bagi orang Batak (Karo), dan
“benar” bagi orang Kalimantan Selatan (Banjarmasin).
Itulah
kenapa org harus mengerti keterkaitan antara bahasa dg budaya agar tau bahasa
yg sepeti apa yang harus digunakan pada saat berada di daerah-daerah yg punya
budaya berbahasa nya masing-masing. Agar tidak terjadi salah kaprah. Namun
perbedaan ini justru berfungsi mempertahankan dasar identitas diri dan
integrasi sosial masyarakat tersebut.
Mengutip
dari artikel yg saya baca (indonesiasastra.org), bahasa adalah hasil budaya
suatu masyarakat yang kompleks dan aktif. Bahasalah faktor yang menentukan
terbentuknya kebudayaan. Bahasa sebagai alat komunikasi yang terdiri dari
sistem lambang, yang dikomposisikan pada kerangka hubungan kelompok sosial.
Dengan demikian bahasa merupakan ujaran yang diucapkan secara lisan, verbal
secara arbitrer. Lambang, simbol, dan tanda-tanda yang digunakan dalam bahasa mengandung
makna yang berkaitan dengan situasi hidup dan pengalaman nyata manusia.
Pengaruh
budaya terhadap bahasa dewasa ini banyak kita saksikan. Banyak kata atau
istilah baru yang dibentuk untuk menggantikan kata atau istilah lama yang sudah
ada. Hal tersebut karena dianggap kurang tepat, tidak rasional, kurang halus,
atau kurang ilmiah. Misalnya kata pariwisata untuk menggantikan turisme, kata
wisatawan untuk menggantikan turis atau pelancong. Kata-kata kuli dan buruh
diganti dengan karyawan, babu diganti dengan pembantu rumah tangga, dan kata
pelayan diganti dengan pramuniaga, karena kata-kata tersebut dianggap berbau
feodal.
0 komentar:
Posting Komentar